Sektor Perhotelan Topang Pertumbuhan Bisnis Indonesian Paradise Properti

034696200_1638003440-IMG-20211127-WA0016

Liputan6.com, Jakarta – PT Indonesian Paradise Properti Tbk (INPP) berkomitmen terus meningkatkan kinerja bisnis di sektor properti pada masa mendatang. INPP memiliki sejumlah proyek properti di berbagai kawasan, baik yang telah dituntaskan maupun yang sedang dalam tahap pengembangan.

Presiden Direktur & CEO Indonesian Paradise Properti Anthony Prabowo Susilo menuturkan, Antasari Place menjadi salah satu proyek properti buatan INPP yang selesai pembangunannya pada pada Mei 2023. Prosesi serah terima unit apartemen Antasari Place kepada calon pembeli dijadwalkan selesai pada 2024.

Antasari Place dipandang sebagai apartemen yang menarik mengingat lokasinya yang strategis di dekat pusat bisnis wilayah Jakarta Selatan.

Selain apartemen, INPP juga menggarap proyek hotel mewah yakni Hyatt Place di Makassar, Sulawesi Selatan. Proyek ini diperkirakan selesai pada kuartal IV 2023. 

Hyatt Place menjadi proyek kedua Indonesian Paradise Properti di Makassar setelah sebelumnya emiten tersebut mengembangkan apartemen 31 Sudirman Suites.

INPP juga memiliki sejumlah proyek lain yang sedang berjalan. Di antaranya adalah perluasan pusat perbelanjaan 23 Paskal Shopping Center Bandung dan pembangunan Mall 23 Semarang. Kedua proyek ini diproyeksikan rampung pada 2025.

Di tengah maraknya proyek, INPP mampu membukukan kenaikan pendapatan 53,8 persen year on year (YoY) menjadi Rp 831,5 miliar hingga kuartal III 2023. Hasil ini cukup dipengaruhi oleh peningkatan luar biasa dari sektor perhotelan yang menghasilkan pendapatan Rp 342 miliar per kuartal III 2023 atau melonjak 73,2 persen YoY.

Didukung Industri Perhotelan

Anthony mengaku, kinerja optimal INPP terbantu oleh industri perhotelan yang berkembang pesat di Bali. Ini sejalan dengan status Bali sebagai salah dari pusat pariwisata Indonesia.

Mengutip dari situs resminya, INPP memiliki beberapa portofolio hotel di Bali seperti Sheraton Bali Kuta Resort, Aloft Bali Kuta at beachwalk, YELLO Kuta Beachwalk Bali, Maison Aurelia Sanur, Harris Hotel Kuta Tuban, hingga Sahid Kuta Lifestyle Resort.

“Sektor perhotelan memainkan peran penting dengan menyumbang 41% dari total pendapatan INPP,” kata Anthony saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat (29/12/2023).

Di samping itu, seiring tumbuhnya industri pariwisata, sektor komersial INPP juga mendapat manfaat dari peningkatan lalu lintas pejalan kaki di mal dan kembalinya tarif sewa yang normal. Lini bisnis komersial INPP yang menawarkan pilihan penyewaan unik dan penawaran interior menarik berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang kuat sebesar 19,3 persen YoY pada kuartal III 2023. 

“Pertumbuhan ini tidak lepas dari konsep modern dan fokus pengembangan bisnis perusahaan yang menghadirkan properti gaya hidup ikonik di kota-kota besar Indonesia terutama yang menjadi destinasi wisata,” ungkap Anthony.

Pelanggan Jadi Fokus Utama

INPP telah memiliki strategi untuk terus meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang. Terkait pengembangan portofolio bisnis, INPP senantiasa melakukan riset pasar yang mendalam untuk memahami tren industri properti, peluang pertumbuhan bisnis, kebutuhan pelanggan, hingga kondisi kompetitor.

Kemudian, dalam rangka mengurangi risiko bisnis terhadap kinerja keuangan, INPP mempertimbangkan diversifikasi produk dan layanan serta menyesuaikan penawaran dengan kebutuhan pasar yang berkembang. Inovasi produk atau layanan menjadi fokus bagi INPP agar setiap proyek propertinya selalu menarik bagi pelanggan dan tetap relevan dengan kebutuhan pasar pada masa depan.

Untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, INPP menempatkan pelanggan sebagai fokus utama dan menerapkan umpan balik dari para pelanggan guna mengangkat kualitas produk atau layanan perusahaan. 

Selain itu, optimalisasi operasional menjadi prioritas bagi INPP melalui peningkatan efisiensi untuk mengurangi biaya. Hal ini disertai dengan penerapan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas. Upaya pemasaran dan branding juga terus ditingkatkan INPP melalui media sosial dan platform digital lainnya guna membangun citra perusahaan yang kuat di pasar.

Tren Pasar Properti

Berbicara soal industri properti, Anthony menilai, industri properti Indonesia akan dihadapkan oleh sejumlah tantangan. Di antaranya berupa persaingan yang sengit dengan perusahaan sejenis, perubahan regulasi pemerintah yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha properti, serta adaptasi cepat terhadap perubahan tren dan preferensi konsumen. 

Risiko fluktuasi pasar dan gejolak ekonomi menjadi kendala serius yang dapat mempengaruhi permintaan properti, sementara ketergantungan pada kondisi ekonomi makro meningkatkan sensitivitas terhadap daya beli konsumen. 

Anthony juga menyebut, kesulitan dalam memperoleh pembiayaan dan modal untuk pengembangan proyek properti juga menjadi tantangan, di samping tekanan untuk mengadopsi teknologi baru dan berinovasi agar tetap bisa kompetitif di pasar. 

“Selain itu, ketidakpastian pasar menciptakan hambatan tambahan yang mempengaruhi keputusan investasi jangka panjang dalam industri ini,” imbuhnya. 

Terlepas dari itu, INPP cukup percaya diri dapat memenuhi target kenaikan pendapatan sebesar 20 persen pada 2023. Target tersebut berlandaskan realisasi kinerja INPP yang kuat sepanjang 2023 dan prospek positif pasar properti pada 2024 mendatang. 

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh di kisaran 5 persen 2024. Hal ini cukup dipengaruhi oleh tren kegiatan pariwisata dan belanja ritel yang tentu punya korelasi kuat dengan bisnis properti INPP, terutama di sektor perhotelan dan area komersial.

“Insentif PPN untuk industri properti tentu juga kami syukuri karena ini hadir di penghujung tahun dan konsumen turut menyambut baik insentif ini,” imbuh Anthony.

Prediksi Analis

Secara terpisah, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyampaikan, pasar properti nasional masih akan tumbuh positif pada 2024 seiring dengan berlanjutnya insentif PPN dari pemerintah serta potensi berakhirnya era pengetatan kebijakan suku bunga pada kuartal I 2024. 

“Tantangan bagi industri properti yaitu jika pelemahan daya beli masyarakat Indonesia kembali terjadi akibat dari suku bunga acuan tinggi yang tertahan lebih lama dari perkiraan pasar,” kata Oktavianus. 

Oktavianus menilai, per kuartal II 2023 sektor properti masih menunjukkan penurunan kinerja sebesar 12,3 persen YoY. Meski demikian, berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sektor perumahan dan konstruksi berkontribusi sebesar 14 persen sampai 16 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sehingga potensi bisnis properti tetap menjanjikan.

Dia melanjutkan, angka backlog perumahan di Indonesia masih tergolong besar yakni mencapai 9,9 juta unit, sekalipun angka tersebut telah turun sepanjang 2023. Ini memberikan kesempatan bagi setiap pengembang properti untuk memenuhi kebutuhan hunian tempat tinggal bagi masyarakat. 

INPP pun dinilai memiliki prospek bisnis yang positif pada masa depan. Selain mengandalkan penjualan properti yang berkaitan dengan tempat tinggal, perusahaan ini juga bisa mengandalkan aktivitas pariwisata untuk meningkatkan pendapatan dari segmen perhotelan dan area komersial.

“Untuk INPP kami melihat aktivitas wisatawan yang terus meningkat akan menopang pendapatan bagi perusahaan tersebut,” tandasnya.

Popular Post

Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini58
  • Kunjungan Hari Ini59
  • Total Pengunjung6066
  • Total Kunjungan6415
  • Pengunjung Online3